Jumat, 07 September 2012

Berbesar hati, kesungguhan dan kesabaran dalam memperbaiki sesuatu

"Ngapain sih cape-cape kuliah lagi? Pekerjaan ada, bisnis lumayan. Dah ngabisin duit, waktu tersita pula." Pertanyaan dan pernyataan senada itu sering dilontarkan. :)  Bahkan Fikri dan Tiara buah hati sempet protes. "Ayah kok sekarang di rumahnya sebentar banget? Kami kan masih kangen" Celoteh mereka. :'(

"Just wanna be better", sebuah kalimat yang tertanam untuk menjalani segala aktifitas selama ini, keluarga dan usaha di Bandung, kerja di Jakarta, kuliah dua malam di Jakarta, satu hari di Bogor. Busy as bee, seperti seringkali status seseorang yang ada di kontak bbm saya.

Sebuah uraian yang sebenarnya gak bersinggungan langsung dengan mata kuliah Sistem Agribisnis dan Agroindustri mengingatkan pada banyak hal. Mulai dari masalah pribadi, keluarga, pekerjaan, usaha, bangsa Indonesia tercinta dan dunia.

Di ilustrasikan oleh dosen malam ini, bagaimana pada awalnya sistem transportasi darat di Inggris jaman dulu
saat memakai kuda, bisa dibilang hampir tidak ada peraturan yang diterapkan, 




sistem transportasi berkembang dengan diterapkannya mesin uap pada kendaraan. 
Pada masa ini, mulai beberapa peraturan lalu lintas diterapkan.

selanjutnya revolusi industri terjadi, makin hari transportasi lalu lintas makin berkembang pesat, makin dikembangkan pula peraturan yang diterapkan, diiringi peningkatan sarana dan rambu-rambu jalan. Sebuah cuplikan kecil dari sebuah sejarah Inggris. Di mana saat ini sistem transportasi lalu lintasnya tertata dengan baik.

Perkembangan materi berbanding lurus dengan perkembangan non materi (baca: peradaban).
Inggris bukan negara sempurna, kemacetan juga terjadi di sana,

Kemacetan di Inggris
Meski di jam sibuk, kepadatan kendaraan tidak ditambah dengan keruwetan kelakuan pengemudi yang tidak disiplin. Kendaraan tetap antri pada jalur yang ditentukan dan berjalan sesuai dengan rambu lalu lintas.


Kemacetan di Indonesia

Demo Pejalan kaki yang haknya diserobot

Kemampuan materi membeli kendaraan tidak diiringi dengan peradaban berkendaraan

Persoalan kemacetan hanyalah sebuah contoh, banyak faktor penyebab kemacetan di Indonesia, mulai dari hal dasar kurangnya kesadaran pengendara, kurangnya ruas jalan, tidak ditegakannya peraturan secara tegas. belum lagi masa-masa kebelakang sangat dimudahkannya kepemilikan kendaraan bermotor, tanpa uang muka sebuah motor bisa dimiliki (saat ini sudah diberlakukan minimal uang muka).

Bukan kemacetan yang menjadi bahasannya, kemacetan adalah sebuah contoh. Perlu dilakukan usaha-usaha yang berorientasi kesejahterahan dan keadilan dan direncanakan untuk jangka panjang,

Pindahkan Ibu Kota Negara Indonesia ke Kalimantan misalnya. Tidak mudah memang, tidak pula bisa dilakukan dalam jangka waktu yang singkat. Tapi bila tidak dimulai, banyak persoalan selain kemacetan yang tidak terselesaikan.
1. Tidak merata pembangunan
2. Lahan pertanian yang berkurang
3. Pengangguran
4. Urbanisasi
dan lain sebagainya.

Banyak pro dan kontra dan wacana tentang kepindahan Ibu Kota Negara Indonesia, akan ada pengorbanan-pengorbanan. Sudah banyak ahli yang menyatakan, bahwa pulau Jawa adalah tanah yang subur, kenapa harus di bangun pabrik-pabrik di atas sawah-sawah yang sudah ada? sedangkan di Kalimantan masih tersedia lahan yang sangat memadai untuk pabrik, dan bukan tanah yang subur, terbukti dengan gagalnya hektaran alih fungsi lahan gambut menjadi sawah.

Perlu berbesar hati untuk yang saat ini berdomisili di Jakarta, perlu berbesar hati untuk para pemimpin negeri melihat fakta. Perlu kesungguhan para pemimpin negeri untuk melakukan kebijakan yang berorientasi kesejahteraan dan keadilan jangka panjang. Perlu kesabaran, untuk menunggu kepindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Kalimantan demi kesejahterahan dan keadilan jangka panjang.

Tidak ada komentar: