Senin, 06 Mei 2013

Kebutuhan Cina terhadap Kakao 5 tahun ke depan salah hitung atau salah ucap? atau saya yang salah?


LATAR BELAKANG
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi beserta delegasinya berkunjung ke Indonesia hari Kamis, 2 Mei 2013 dan diterima oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Kantor Kemenkeu Jakarta. Kunjungan tersebut ditujukan untuk membahas hubungan bilateral kedua negara dan hubungannya dengan ASEAN. 

Ada enam point kerjasama bilateral yang tercatat pada kunjungan tersebut : 
  • Bidang ketahanan pangan 
  • Bidang pertanian 
  • Bidang energi 
  • Bidang kelistrikan
  • Bidang perdagangan
  • Bidang investasi 

Dalam bidang investasi, China akan melakukan investasi ke luar negeri senilai US$ 1,5 triliun dari berbagai sektor. Wang Yi berharap Indonesia menjadi tujuan utama investasi tersebut. Selain membahas ke enam bidang kerjasama tersebut di atas, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi juga menyampaikan kebutuhan negaranya terhadap kakao yang mencapai nilai US$ 1 Triliun sampai 5 tahun ke depan. Wang Yi juga mengharapkan Indonesia sebagai negara sahabat Cina, mendapatkan peluang lebih banyak. Sebagai negara penghasil kakao ketiga terbesar di dunia, sudah sepantasnya Indonesia menyikapi pernyataan Wang Yi dengan tepat sehingga kesempatan tersebut membawa keuntungan kepada dua belah pihak dan mengedepankan kepentingan pembangunan nasional jangka panjang. 

STUDI LITERATUR
Kakao
Kakao merupakan salah satu tanaman yang buahnya, dapat dipergunakan untuk beraneka ragam produk yang bernilai ekonomis mulai dari biji kakao, kulit buah serta pulp, sampai dengan industri bahan makanan, pharmasi, kosmetik dan lainnya. Kulit buah kakao dapat digunakan untuk industri pupuk, makanan ternak, gas bio, dan industri kima (bahan dasar pektin, alkohol, jelly, plastik filler). Biji kakao menurut hasil penelitian mengandung berbagai macam zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia seperti magnesium (untuk menyeimbangkan kerja otak, menguatkan tulang, dan membuat rasa senang), enzim phenyllethylamine (berperan dalam peningkatan konsentrasi dan daya tahan tubuh), flavonoid (menyehatkan jantung) dan zat theobromine (menimbulkan rasa gembira).

Pohon Industri Kakao

Gambaran Umum Industri Pengolahan Kakao Produksi kakao Indonesia secara umum masih menunjukkan hasil yang belum optimal, namun demikian pemerintah memperkirakan produksi kakao 2-3 tahun mendatang dapat mencapai 1 juta ton (dari posisi saat ini berkisar di 700 ribu ton) berkat program GERNAS kakao yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Sementara itu masalah klasik hama pengerek tanaman masih belum dapat diatasi dan menggerus produksi kakao. Produktivitas kakao Indonesia berkisar 0.8 ton per Ha, masih lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas Pantai Gading yang mencapai 1,5 ton/Ha.

Saat ini Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dalam produsen kakao, setelah dua negara Afrika, Pantai Gading dan Ghana, dengan memasarkan 18% dari kakao dunia. Dengan kenaikan permintaan internasional yang setiap tahunnya meningkat sebesar 2-4% , dibutuhkan sekitar 3,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

Melalui Peraturan Menteri keuangan No. 67 tahun 2010, pemerintah telah menerapkan bea keluar ekspor untuk menjamin pasokan bahan baku biji kakao untuk industri pengolahan kakao dalam negeri (berlaku 1 April 2010) . Di sisi lain, pemerintah ingin mendorong agar ekspor kakao dalam jenis selain biji kakao lebih banyak sehingga dapat menghasilkan nilai tambah. Seperti yang kita ketahui, ekspor biji kakao mendominasi yaitu sekitar 81,3% sedangkan sisanya baru terdiri dari jenis cocoa paste dan cocoa butter. Biji kakao lebih banyak diekspor karena adanya faktor harga dan penyerapan oleh beberapa industri kakao olahan asing.

Pasca pemberlakuan bea keluar kakao pada April 2010, tren ekspor biji kakao mengalami penurunan sementara itu tren ekspor produk kakao olahan meningkat. Pada tahun 2011, ekspor produk turunan kakao meningkat menjadi 194,4 ribu ton dari 116,4 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya atau naik sebesar 67% (yoy). Sementara itu ekspor biji kakao turun menjadi 210 ribu ton dari 432,4 ribu ton di tahun sebelumnya atau turun sebesar -51,4% (yoy). 

Asosiasi Industri Kakao Indonesia(AIKI), memperkirakan nilai ekspor kakao Indonesia mencapai US$ 2 miliar tahun 2012, tumbuh 11% dari proyeksi tahun 2011 sebesar US$ 1,8 miliar. Tahun 2010 nilai ekspor kakao tercatat US$ 1,6 miliar. Kinerja ekspor ini menempatkan Indonesia penghasil devisa terbesar ketiga subsektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Produksi biji kakao Indonesia selama tahun 2012 bisa mencapai sekitar 500.000. Data International Cocoa and Coffee Organization(ICCO) menyatakan bahwa kebutuhan kakao dunia meningkat sebesar 3,299 juta ton. Sedangkan pada saat ini produksi biji kakao hanya 3,288 juta ton, sehingga ada kekurangan pasokan 100.000 an ton. Dari kekurangan pasokan inilah sebenarnya bisa dimanfaatkan Indonesia untuk memenuhi dengan cara meningkatkan produksinya. 

Tahun 2011, luas tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.677.254 ha dengan produksi sebesar 837.918 ton, didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 94,5% melibatkan petani secara langsung sebanyak 1.555.596 KK, sehingga merupakan komoditas sosial. Penyebaran di Indonesia, diantaranya Sulawesi 448.344 ton, Sumatera 166.609 ton, Maluku dan Papua -33.568 ton, Jawa 31.453 ton, wilayah NTT, NTB dan Bali produksi kakao sebesar 18.121 ton, dan Kalimantan 14.136 ton.

Tabel Penyebaran Luas Lahan dan Produksi Kakao Tahun 2011*)

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012, Ket : *) angka sementara

Dari produktivitas, perkebunan rakyat produktivitasnya paling rendah dibandingkan dengan perkebunan besar negara dan swasta, 2011, hanya 648kg/ha, sementara perkebunan besar negara 911kg/ha dan swasta 967 kg/ha (Statistik Perkebunan Indonesia, 2011). Hal ini dikarenakan, pengelolaan tanaman pada perkebunan rakyat belum dilakukan secara intensif sesuai dengan standar teknis.

Prospek dan potensi pengembangan kakao di Indonesia
  • kakao Indonesia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki negara lain yaitu rasa fruity dengan melting point yang tinggi sehingga tidak mudah meleleh pada suhu setempat; 
  • masih tersedianya lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kakao; 
  • tersedianya peneliti dan tenaga ahli di bidang kakao; 
  • keterbatasan negara produsen utama (Pantai Gading dan Ghana) untuk meningkatkan pasokan biji kakao; terbuka peluang untuk pengembangan kakao dunia, dengan terbukanya pasar baru di China, Rusia, India, Jepang dan Timur Tengah. Disamping itu, kebutuhan untuk wilayah Eropa terus meningkat dengan tajam. Negara-negara tersebut adalah Uni Eropa adalah Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Austria dan Spanyol. Sampai pada tahun lalu, Indonesia mengekspor kakao ke Eropa berupa Cocoa Butter, Cocoa Paste, Biji Kakao dan Cocoa Powder. 


Tabel Perkembangan Industri Kakao di Indonesia 
Sumber : Kementerian Perindustrian, 2012 




Gambar Konsumsi Kakao Dunia Tahun 2013


Uni Eropa adalah konsumen terbesar kakao dunia (29%) diikuti Belanda (10,5%), Jerman (8,7%) dan Perancis (3%). Pada periode 2011/12 konsumsi kakao Uni Eropa diperkirakan turun ke 1,43 juta ton dari periode 2010/11 di angka 1,46 juta ton. Penurunan konsumsi kakao juga diperkirakan dialami oleh Perancis dari 0,16 juta ton ke 0,15 juta ton sementara Belanda tidak mengalami pertumbuhan konsumsi yaitu tetap di angka 0,53 juta ton. Konsumsi kakao di Asia seperti Malaysia dan Indonesia justru diperkirakan akan mengalami kenaikan dimana Malaysia naik dari 0,30 juta ton menjadi 0,32 juta sementara Indonesia naik dari 0,18 juta ton menjadi 0,27 juta ton. Pertumbuhan ekonomi Asia yang relatif stabil dibandingkan Eropa menjadi faktor pendorong konsumsi kakao di kawasan tersebut


Gambar Persentase Konsumsi/Grindings Kakao Dunia, 2010/11

Industri pengolahan kakao dalam negeri saat ini menggunakan bahan baku biji kakao domestik dan impor. Impor terpaksa dilakukan karena tidak terpenuhinya kebutuhan industri pengolahan kakao dalam negeri. Industri pengolahan kakao di Indonesia selain menggunakan bahan baku domestik juga mengimpor bahan baku dari Pantai Gading, Ghana, Nigeria, dan Papua Nugini berupa biji kakao yang terfermentasi yang mencapai 30 ribu ton per tahun atau sekitar 33 persen dari serapan biji kakao di industri. Impor biji kakao tersebut pada umumnya digunakan untuk meningkatkan mutu, warna, rasa, dan aroma dari hasil produk olahan (Saputra, et al., 2006).

Secara umum Indonesia belum banyak memiliki industri pengolahan biji kakao baik yang memproduksi produk setengah jadi maupun produk jadi. Indonesia hanya memiliki 16 industri pengolahan kakao, dan itu pun hanya lima industri yang masih berjalan dengan baik. Kelima industri tersebut adalah PT General Food Industries, PT Bumi Tangerang Mesindotama, PT Kakao Ventures Indonesia, PT Mas Ganda dan PT Kakao Mas Gemilang.

Perkembangan saat ini yang telah dicapai dalam pengembangan industri kakao, yaitu peningkatan pengolahan produk primer, terlihat dari menurunya jumlah ekspor biji kakao, meningkatkan kapasitas industri pengolahan, sebagai contoh industri pengolahan kakao meningkat signifikan dari 151.000 ton menjadi 268.000 ton (naik 77%) tahun 2011, tumbuhnya industri hilirnya, contoh industri makanan berbasis cokelat (Nestle, indolakto, Unilever), industri kosmetik (Loreal, Unilever); tumbuhnya industri skala kecil antara lain industri pengolahan cokelat di Garut, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Sumbar dan Bali; gerakan peningkatan konsumsi cokelat nasional yang akan terus dilakukan oleh Kementerian Terkait dengan telah ditetapkan Hari Kakao Nasional tanggal 16 September oleh Menteri Pertanian; Program kemitraan antara industri pengolahan kakao dengan gapoktan, antara lain PT. General Food dengan Gapoktan di Lampung, PT. Bumi Tangerang Mesindotama dengan Gapoktan do Bali, sulteng, Sultra. Capaian yang dirasakan dengan penerapan strategi jangka menengah dan jangka panjang dalam pengembangan klaster industri juga menunjukkan terdapat lima pabrik telah beroperasi kembali, yaitu 1) PT. Effem Indonesia/PT. Mars Symbioscience Indonesia; 2) PT. Jaya Makmur Hasta; 3) PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi; 4) PT.Davomas Abadi dan 5) PT.Maju Bersama Cocoa Industries. 

Investasi
Investasi adalah salah satu variabel yang paling penting dalam ekonomi. Karena begitu penting, ekonom telah mempelajari investasi secara mendalam dan memahaminya dengan cukup baik. Investasi, bisa dikatakan memproduksi barang yang akan digunakan untuk memproduksi barang lain. Definisi ini berbeda dari pandangan populer, dimana keputusan untuk membeli saham (lihat pasar saham) atau obligasi yang dianggap sebagai investasi.

Investasi biasanya merupakan hasil dari menekan konsumsi. Dalam masyarakat agraris murni, manusia purba harus memilih berapa banyak biji-bijian untuk makan setelah panen dan menabung untuk penanaman di masa depan. Yang terakhir adalah investasi dalam masyarakat yang lebih modern, kita mengalokasikan kapasitas produktif kita untuk memproduksi barang-barang konsumen murni seperti nasi dan ketupat, dan barang-barang investasi seperti bibit padi. 

Jika kita membuat satu rupiah senilai nasi hari ini, maka produk nasional bruto lebih tinggi sebesar satu rupiah. Jika kita membuat satu rupiah senilai bibit padi hari ini, produk nasional bruto lebih tinggi sebesar satu rupiah, tetapi juga akan lebih tinggi tahun depan karena bibit padi masih akan memproduksi padi lama setelah nasi telah menghilang. Ini adalah bagaimana investasi mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Tanpa itu, kemajuan manusia akan terhenti.

Investasi tidak perlu selalu berbentuk produk fisik milik pribadi. Contoh yang paling umum dari investasi nonfisik adalah investasi dalam modal manusia. Ketika pekerja memilih kuliah sambil bekerja, pekerja telah berinvestasi untuk depan sendiri persis seperti pemilik pabrik yang membeli mesin. Teori Investasi dengan mudah berlaku untuk keputusan ini.

Produk industri agro yang menetapkan meningkat kesejahteraan juga dapat dianggap sebagai investasi yang menuai masa depan produktivitas dan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain itu, pemerintah juga berinvestasi, bisa dalam bentuk infrastruktur seperti jembatan atau jalan.

Investasi Dalam ilmu ekonomi atau ekonomi makro
Dalam teori ekonomi atau dalam makroekonomi , investasi terkait dengan menabung dan menunda konsumsi. Investasi terlibat dalam banyak bidang ekonomi, seperti manajemen bisnis dan keuangan baik untuk rumah tangga, perusahaan, atau pemerintah. Jumlah yang dibeli per unit waktu barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi masa depan (modal).

Dalam ukuran pendapatan dan output nasional, "investasi bruto" (diwakili oleh variabel I) juga merupakan komponen dari produk domestik bruto (PDB), yang diberikan dalam rumus 

PDB = C + I + G + NX

C = konsumsi,
G = pengeluaran pemerintah, dan
NX = ekspor neto, yang diberikan oleh perbedaan antara ekspor dan impor, X - M. 

Jadi investasi adalah segala sesuatu yang tersisa dari total pengeluaran setelah konsumsi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto dikurangi 

I = PDB - C - G - NX 

Dalam keuangan
Dalam keuangan, investasi memasukkan uang ke sesuatu dengan harapan keuntungan, biasanya selama jangka panjang, pembelian aset atau barang dengan harapan bahwa itu akan menghasilkan pendapatan atau menghargai di masa depan dan akan dijual dengan harga yang lebih tinggi Hal ini mungkin atau mungkin tidak didukung oleh penelitian dan analisis. Sebagian besar atau semua bentuk investasi melibatkan beberapa bentuk risiko, seperti investasi dalam ekuitas, properti, dan surat berharga bunga bahkan tetap yang tunduk, antara lain, untuk risiko inflasi. 

PEMBAHASAN
Kebutuhan Cina akan Kakao sebesar US$ 1 Trilun selama 5 tahun kedepan cukup menggiurkan untuk kita penuhi. Berikut pergerakan harga biji kakao internasional :



Gambar Grafik Pergerakan Harga Biji Kakao Internasional

Jika di konversi ke dalam jumlah biji kakao, maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut :
Harga terendah US$ 2100/Ton 
Kebutuhan Cina selama 5 tahun =(US$ 1.000.000.000.000)/(US$ 2.100)=476.190.476 TON
Setara dengan 95.238.095 Ton/Tahun 

Harga tetinggi US$ 3500/Ton
Kebutuhan Cina selama 5 tahun =(US$ 1.000.000.000.000)/(US$ 3.500)=285.714.286 TON
Setara dengan 57.142.857 Ton/Tahun

Tabel Produksi Biji Kakao Internasional

Menurut perhitungan di atas, kebutuhan Cina akan Kakao mencapai 57.142.857 sd 95.238.095 Ton/Tahun. Sedangkan jika melihat data yang di sajikan oleh ICCO sampai dengan 2013, produksi biji kakao hanya berkisar 4jtan ton pertahun. Pernyataan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, yang menyatakan kebutuhan Cina akan Kakao sebesar US$ 1 Triliun sampai 5 tahun ke depan sangat sulit dipenuhi jika tidak mau dikatakan mustahil.

Terlepas dari sulitnya memenuhi kebutuhan Cina tersebut, pernyataan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memberikan sinyal positif terhadap kamajuan industri kakao dalam negeri. Cina tercatat bukan hanya melakukan impor kakao, sebelum larangan ekspor bahan baku metah rotan, Cina juga melakukan impor besar-besaran terhadap rotan mentah Indonesia yang menyebabkan Industri Rotan di Indonesia banyak yang tutup karena kekurangan bahan baku.

Sebenarnya Kakao sudah mendapat perlindungan dari pemerintah dengan Gerakan Nasional Kakao yang melarang ekpor biji kakao mentah. Setelah Gerakan Nasional di canangkan, Industri Kakao Nasional mengalami peningkatan kapasitas produksi. Ekpor biji kakao digantikan dengan ekspor olahan kakao. Perlu dilakukan investasi berkelanjutan, baik terhadap Industri Pengolahan kakao, maupun terhadap perkebunan-perkebunan kakao yang telah mengalami penurunan produktifitasnya karena umur tanaman kakao yang memasuki usia 30 tahun ke atas.

Metode pembiayaan investasi sangat penting di Indonesia. Dalam perekonomian yang tertutup, investasi hanya datang dari pengorbanan konsumsi tabungan individu swasta, perusahaan swasta, atau pemerintah. Dalam perekonomian terbuka, suatu negara bisa meminjam sumber daya yang diperlukan untuk berinvestasi dari negara sahabat atau lembaga keuangan internasional. Namun, ketika investasi didanai dari luar, beberapa hasil masa depan untuk modal akan terbawa ke luar juga. Seiring waktu, lalu, negara yang bergantung secara eksklusif pada pembiayaan investasi luar negeri akan menemukan pendapatan sangat kecil yang dapat digunakan untuk membiayai konsumsi masa depan. Dengan demikian, sumber pembiayaan investasi menjadi perhatian penting. Jika dibiayai oleh tabungan domestik, maka keuntungan masa mendatang tinggal di dalam negeri. Jika dibiayai oleh asing, maka keuntungan masa mendatang pergi ke luar negeri. 

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar: