Rabu, 07 Agustus 2013

Lebaran Tanpa Ketupat

Meski sidang Isbat Kementerian Agama Republik Indonesia belum juga usai, kumandang takbir belum juga terdengar, ibu-ibu kebanyakan sudah sangat sibuk dengan urusan dapurnya masing-masing. Bahkan kalau dilihat lebih jeli lagi, dapur orang lain juga ikut dibikin sibuk oleh ibu-ibu yang masih sangat sibuk dengan urusan lainnya. Ditengah inflasi negeri ini yang tinggi dan harga-harga bahan pokok yang melonjak pun, para ibu-ibu seakan gak terpengaruh dengan kondisi tersebut. Inflasi boleh tinggi, harga-harga boleh gak masuk akal, urusan persiapan dapur menjelang Idul Fitri nggak boleh kalah dengan kondisi tersebut.

Untuk kami, lebaran 1434 H kali ini, merupakan lebaran pertama di rumah sendiri, tahun-tahun sebelumnya, setelah Kakek dan Nenek di Tasik dan Ciamis sudah berpulang, biasanya minimal H-1 sudah merapat ke rumah ortu saya di Setrasari, atau ortu istri di Baturaden kedua-duanya masih di kota Bandung. Urusan masak-memasak dikomandoi oleh Ibu atau Mamah, kami cuma sekedar bantu-bantu alakadarnya aja.

Dari lepas imsak dan shalat subuh, Bunda dah sibuk hunting bahan-bahan masakan yang belum terbeli kemaren. Saya seperti biasa, lanjut menikmati dinginnya kota Bandung di balik selimut. Lepas Dzuhur kami bareng-bareng beberes rumah dilanjutkan dengan acara masak bareng di bantu Tiara yang terlihat lemes di hari terakhir dan Fikri yang dah gak sabar nunggu Magrib, karena pengen keliling kampung untuk takbiran bersama temen-temennya.

Akhirnya acara masak-memasak selesai dengan menu sederhana gak lupa sambel goreng kentang hati(terpaksa pake hati ayam  karena hati sapi nggak ketemu meski dah keluar masuk pasar) + pete kesukaan saya. Meski dah berbagai menu dah siap, perasaan masih ada yang kurang.

Dan ternyata. Sang ketupat memang belum ada. So, lebaran kali ini, tanpa ketupat di meja makan. Kalau ada yang mau ngirim, ditunggu ya. D

Minggu, 16 Juni 2013

Adil itu gak harus sama : cerita KRL Jabodetabek Cawang-Bogor di sabtu pagi

Tadinya mau nulis tentang rencana kenaikan harga bbm (bahan bakar minyak) yang lagi rame, tapi gak jadi ah, dah banyak yang bahas. Tapi intinya memang dari 1995 yakin banget kalau bbm mending harga pasar aja gak usah pake subsidi-subsidian biar rakyat mandiri. Gak manja dikit-dikit naik kendaraaan, sampe anak segede upil aja (yang boror-boro punya SIM, bikin KTP aja blum cukup umur) disuruh ke warung pake motor, trus karena pake motor, nyari warungnya yg jauh sambil jalan-jalan. Seringkan liat anak-anak segede upil sliweran naik motor? Hayooo anak siapa itu?

Mending uang subsidinya bikin infrastruktur dan transportasi masal yang ciamik, bayangin aja sejak tahun kapan subsidi bbm, kayaknya total dah ribuan Trilun Rupiah. Dengan transportasi masal yang cukup, keren dan nyaman, yakin 100% rakyat juga akan milih naik transportasi masal tanpa repot-repot ngabisin anggaran promosi sosialisasi di berbagai media koran, radio, televisi dan sebagainya seperti yang hari ini muncul PSA-nya (Public Service Advertising : Iklan Layanan Masyarakat) sosisalisasi rencana kenaikan bbm di televisi nasional.

Ehh... malah keterusan bahas rencana kenaikan bbm nya. hehehehe. Lanjut ah.

Senin, 06 Mei 2013

Kebutuhan Cina terhadap Kakao 5 tahun ke depan salah hitung atau salah ucap? atau saya yang salah?


LATAR BELAKANG
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi beserta delegasinya berkunjung ke Indonesia hari Kamis, 2 Mei 2013 dan diterima oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Kantor Kemenkeu Jakarta. Kunjungan tersebut ditujukan untuk membahas hubungan bilateral kedua negara dan hubungannya dengan ASEAN. 

Ada enam point kerjasama bilateral yang tercatat pada kunjungan tersebut : 
  • Bidang ketahanan pangan 
  • Bidang pertanian 
  • Bidang energi 
  • Bidang kelistrikan
  • Bidang perdagangan
  • Bidang investasi 

Dalam bidang investasi, China akan melakukan investasi ke luar negeri senilai US$ 1,5 triliun dari berbagai sektor. Wang Yi berharap Indonesia menjadi tujuan utama investasi tersebut. Selain membahas ke enam bidang kerjasama tersebut di atas, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi juga menyampaikan kebutuhan negaranya terhadap kakao yang mencapai nilai US$ 1 Triliun sampai 5 tahun ke depan. Wang Yi juga mengharapkan Indonesia sebagai negara sahabat Cina, mendapatkan peluang lebih banyak. Sebagai negara penghasil kakao ketiga terbesar di dunia, sudah sepantasnya Indonesia menyikapi pernyataan Wang Yi dengan tepat sehingga kesempatan tersebut membawa keuntungan kepada dua belah pihak dan mengedepankan kepentingan pembangunan nasional jangka panjang. 

Senin, 11 Maret 2013

Marketing Class MB IPB

Muhamad Devi Riswandi

Class of E43 2012 Graduate Student of Master Program in Management
Graduate Program of Management and Business
Bogor Agricultural University


Menghadiri Pernikahan Andin sepulang kuliah Manajemen Pemasaran
Menghadiri Pernikahan Andin sepulang kuliah Manajemen Pemasaran
Marketing Management Class PMB 541
Lecturer :
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc
www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id
sumarwan@mb.ipb.ac.id

Dr. Ir. Kirbrandoko, MSM